Senin, 31 Januari 2011

Ruang antar momen


Mana yang lebih dekat, masa lalu atau masa depan?
Masa depan memang begitu dekat, karena saat kita setidaknya mulai memikirkan masa depan, sesungguhnya kita telah berada di masa depan. Tapi, coba bayangkan lebih dalam, saat kita menyadari bahwa diri ini telah berada di masa depan itu, bukankah sesungguhnya masa depan yang kitarasakan telah berubah menjadi bayangan yang tinggal di masa lalu? Jadi, manakah yang sebenarnya lebih dekat?





Masa Lalu

Momen hidup yang kita punya hanya terjadi satu waktu, satu kali. Sepersekian detik setelahnya, tidak pernah ada yang sama. Entah bergesernya debu, berpindahnya tatapan mata, bergeraknya manusia lain, berputarnya derajat bumi, atau apapun yang terjadi dalam kosmik kehidupan, tidak akan pernah ada yang sama terulang kembali.

Maka, sebenarnya, hidup adalah saat ini. Hanya sekali, sudah itu mati. Apa yang berlalu sebenarnya adalah asap yang menghilang meninggalkan jejak kehidupan. Tapi jejak kehilangan bisa diabadikan dengan cara mengikatnya menjadi sejarah. Sejarah ada karena manusia mencatat pada detik yang tepat. Sementara pikiran juga akan hilang jika kita menunda menuliskannya pada secarik alat bantu ingatan. Maka berterimakasihlah pada seorang sejarawan, sebenarnya ia lebih banyak bekerja pada masa lalu. Masa depan terlihat samar bagi hidupnya yang hanya hari ini. Ia mengabdi pada masa lalu, mengorbankan gambarannya tentang masa depan.

Jika dulu adalah waktu, maka sekarang tetap waktu. Jika dulu adalah masa lalu, maka sesungguhnya sekarang adalah masa lalu yang baru saja berlalu sepersekian detik yang lalu. Maka, waktu yang dulu kita miliki, adalah sejarah untuk saat ini. Sejarah yang harus kita pijak untuk melangkah lebih tinggi lagi. Sejarah yang akan kita jalani untuk merubah lebih banyak lagi. Sejarah yang mesti kita pahami untuk berganti mereka yang bisa berkarya lebih baik lagi.

Berterimakasihlah pada orang-orang terdahulu, dan sejarawan yang hidup pada masa kini untuk mengukir kembali gambaran masa lalu itu. Karena semuanya diterangkan dalam cahaya masa lalu, agar untuk pertama kalinya kita puas berada di tempat kita saat ini. Apa yang mereka tinggalkan menjadi cahaya. Cahaya itu ada, karena mereka pernah berbagi sesuatu untuk dapat tetap hidup.

"Masa lalu adalah masa sekarang dalam masa depan" - Dr. Louis L. Mann


Masa Depan

Berbeda dengan masa depan, untuk membincangkannyua kita membutuhkan kehadiran seorang futurolog. Futurolog adalah para manusia yang memberanikan diri untuk mencicipi masa depan, dengan begitu maka sebenarnya mereka telah siap untuk menikmati masa depan. Karena setiap kesempatan hari ini bagi mereka adalah batas ruang dan waktu yang harus ditembus.

Baginya, masa depan tidaklah pernah jauh, ia begitu dekat. Masa depan hanya sebentuk titik di depan mata yang sulit dilihat. Maka, sejak kini kita harus melukiskan gambaran masa depan, dimulai dari satu titik kecil untuk memulai perjalanan panjang dalam garis perjuangan. Karena masa depan yang akan kita hadapi adalah masa kini yang harus kita hayati.

"Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Lukman: 34)


Masa Kini


Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan masa kini? Masa kini, ialah kehidupan itu sendiri.
Kehidupan adalah serangkaian momentum yang berisikan kejadian saling mengikat dan meniadakan.
Kita ada hari ini, disebabkan karena telah ada yang menitipkan masa depan jauh sebelum kita sadari. Hari ini, adalah ketiadaan momentum dari berlalunya kita di masa lalu, dan terikatnya kita pada momentum masa depan yang baru saja datang. Kehendak masa depan, adalah mekanisme sistematis yang saling bertumpuk membentuk keterkaitan hidup. In our world, there's always a hidden connections.

Everything is illuminated, that's the secret of life. Ada tangan-tangan tak terlihat yang bekerja setiap saat. Terdapat ruang antar momen yang berganti setiap saat. Semua membentuk keterkaitan yang absurd dan tak dapat diprediksi. Tapi, pergeseran hidup yang berlangsung tiap hitungan detik itu ternyata menyisakan ruang saling tarik-menarik. Maka, siapa yang tau dan sadar lebih dulu, dia yang akan memenangkan momen hidup. Namun semua adil, tidak berebut, tidak meniadakan. Semua berhikmah dan mendapat bagian. Semua mengandung pesan berharga, di balik siklus hidup yang rahasia.

Maka, sudahkah kita paham sekarang? Atas nama hidup, apa yang menjadi arah perjalanan kemanusiaan kita, ialah apa yang pernah menjadi keyakinan hidup kita. Sekali lagi, kita ada hari ini, karena alam semesta beserta kumpulan antar kosmiknya yang telah menitipkan masa depan jauh sebelum kita sadari. Keterkaitan hidup itulah yang mengajarkan pada kita akan kebesaran Tuhan.

So, one life, live it! Jalani dan maknailah kehidupan yang hanya sekali ini, tapi tidak untuk mencintainya sepenuh hati. Banyak manusia yang mencintai hari ini sebagai kehidupan, karena memang memikirkan hari ini itulah yang paling mudah dan ringan. Not to love the life you live. Karena bagi seorang pemenang kehidupan, ia tidak pernah memilih kehidupan, yang ia pilih adalah pilihan untuk apa ia mengisi kehidupannya. Begitulah, hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang.

Manusia diciptakan memang bukanlah untuk bersenang-senang. Tetapi, untuk melakukan pekerjaan penting bagi kebaikan bumi tempatnya berpijak. tempat dimana ia hidup dan memahami hakikat kehidupannya. Seperti yang dikatakan seorang penyair India, Rabindranath Tagore, "Aku tertidur dan mimpi bahwa hidup ini adalah kesenangan. Aku terbangun dan melihat bahwa hidup ini adalah pengabdian. dan (akhirnya) lihatlah, pengabdian memang menyenangkan".



Ilusi Kehidupan

Ada ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, "Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman- pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi". Ya, manusia memang bukanlah makhluk bumi melainkan makhluk langit. Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan rumah untuk mencari rumah yang lebih layak.

"This life is not real. I conquered the world and it did not bring me satisfaction" -Muhammad Ali-

Kita, adalah diri ini. Tapi bukan jasad (tubuh), kita adalah ruh (jiwa). Karena ruh kita tak akan pernah mati, yang mati adalah rumah kita sendiri. dan ruh ini akan membutuhkan rumah baru yang lebih layak, saat kehidupan kita sudah mulai membusuk, untuk kembali kepada yang Maha Hidup. Oleh karena itu, manusia sesungguhnya tidak pernah mencintai kehidupannya. Karena kita tidak pernah memilih kehidupan, yang kita pilih adalah pilihan untuk apa kita mengisi kehidupan. Manusia memikirkan, mengatasnamakan, dan menjalankan kehidupannya menuju pilihan yang akan menjadi akhir hidupnya. Mengisi hidup itulah yang menjadi perkara milik ruh. meskipun ruh tidak berbentuk, tapi ia hidup.

Maka, agaknya untuk membincangkan kehidupan, kita harus menambah terminologi baru. Jika hidup selama ini kita maknai sebagai perjalanan otentik manusia, dan bumi adalah kita pahami sebagai tempat bermukimnya jasad manusia, maka sama saja kita terjebak pada ilusi terminologi hidup. Hidup sejatinya bukanlah milik jasad. Hidup yang hakikat, adalah ruh yang tak terlihat.

Jadikan hidup bukan sebagai perjalanan kemanusiaan, tapi perjalanan keruhanian. Karena akhirat menunggu, dan kita akan dikumpulkan kembali di sana, sebagai ruh, bukan jasad seperti tampak di cermin-cermin yang ada dunia. karena Langit berjanji, siapa manusia yang totalitas saat berjalan di ruang ketundukan sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kemuliaan akan hadir menemani setiap jengkal kehidupannya. Maka dari sekarang, lukislah masa depanmu. Menembus waktu duniamu, karena masa depan sesungguhnya adalah akhiratmu.

"Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al- Hadid: 20)





Kemenangan Ruang Mimpi dan Harapan


Hidup adalah saat ini. Hanyalah sekali, milik masa kini. Namun ternyata, antara masa lalu, masa kini, dan masa depan terdapat ruang kosong yang hanya sedikit manusia sadar akan keberadaannya. Ruang antar momen itulah yang disebut sebagai mimpi atau pengharapan hidup. Karena apa yang dinamakan hidup? ialah masih adanya sebuah harapan. Manusia yang hilang harapan, tidak lebih dari seonggok daging, ia mati dan tidak memiliki arti.

Tapi sebelum membicarakan momentum, kita perlu memahaminya lebih dulu, dari manakah ia tercipta? Momentum hanya dapat tercipta, karena adanya sentuhan kehendak milik sang pencipta. Sementara manusia hanya bisa bergerak menyentuh harapan, tanpa adanya sedikitpun kemungkinan tersentuhnya sebuah kepastian.Lalu, mengapa harus terlalu lama berdiam hanya karena kegagalan menyentuh satudari sekian banyaknya jalan menuju kepastian? Sementara kita tidak pernah tahu,jalan manakah yg sesungguhnya menghadirkan kemenangan. Lalu pula, untuk apa bersedih karena kita telah meninggalkan yang lalu, dan untuk apa harus mundur lebih dulu saat kita kehilangan harapan untuk menggenggam masa depan?

Berdiam dan bersedih, tidak akan pernah membantu kita menapaki jalan kehidupan. Hanya mimpi dan harapanlah yang akan menghadirkan kita kemenangan. Because life is the art of choice to construct the game of life. Kita telah memilih, harus kita terima. Kita menerimanya, maka harus kita tinggalkan. Kita meninggalkannya, mengapa harus kita sesalkan. Kita menyesalkannya, tapi sampai kapan kita harus terdiam? Kita mendiamkannya, untuk membuatnya lupa. Kita melupakannya, maka kini saatnya melangkah ke depan. Karena kita telah memilih, dengan kesadaran, dalam kehidupan. Kita sendiri yang menyebutnya sebagai seni mengkonstruksi masa depan.Hanya dengan bermimpi, maka manusia akan dapat melangkah ke depan.

Maka benar, jika semakin banyak manusia bermimpi, maka sebenarnya semakin besar kesempatan bagi kita untuk dapat tetap hidup. Karena hidup sebenarnya bukanlah perkara milik jasad. Jasad itu tidaklah bermimpi, namun ruh yang ada bersama mimpi. Kehidupan ruh tidak terbatas pada dunia yang mengenal tiga masa tadi, yaitu masa kini, masa lalu, dan masa depan. Ruh hidup menembus batas hingga kehidupan sesungguhnya yang abadi nanti di akhirat. Maka, mimpi adalah kunci dari kemenangan seorang manusia yang hidup untuk sementara di dunia.

"Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi- mimpi mereka" [Eleanor Roosevelt]

Ya, semakin banyak manusia bermimpi, maka semakin besar kesempatan bagi kita untuk dapat tetap hidup. Karena para pemimpi sesungguhnya berpundak sama, maka kita akan saling menopang masa depan dan mengenang masa lalu bersama-sama. Dan pada tangan kita, mimpi itu beresonansi, hingga begitu jelas, tak lagi berupa lagu yang bias. Kau, aku, dan orang-orang seperti kita, merangkai hidup dan memasang pundak, karena begitu banyak kegelapan diluar sana, menunggu cahaya tiba. Karena yang dibutuhkan dunia saat ini adalah, kumpulan mimpi milik manusia yang akan menjadi penerang kehidupan. So, we should to dream by design, not just by imagination. Design itulah yang akan menjadi arsitektur multikompleks milik dunia masa depan.

Tapi satu yang pasti, tak mungkin semua mimpi selesai dalam satu hitungan. Semua akan bertubrukan, menghimpit, meminta didahulukan. Terkadang mimpi memang membuat kita harus memilih, mimpi mana yang harus didahulukan, atau mungkin dikorbankan. Akan tetapi teruslah bermimpi, karena mimpi yang satu, akan membantu kita menjemput mimpi kita yang lain. Kita menyebutnya sebagai magnet mimpi yang kita lakukan dengan penuh kesadaran. Semoga kita semua, para manusia penggenggam mimpi dan harapan masa depan, berhasil menapaki satu demi satu anak tangga kehidupan ini. Sejuta mimpi, perlahan akan menjadi kenyataan yang pasti.

"When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it." [Paulo Coelho]

Selesai bermimpi, setelah berimajinasi, maka beraksilah! Kita telah bermimpi, maka kita harus pula yang berani mewujudkannya. Karena hari ini adalah sejarah bagi masa depan, maka isilah lembarannya dengan tinta emas agar menjadi kenangan yang tidak pernah dilupakan semua orang, dan menjadi catatan amal yang kan berbalas di hari kemudian.

Maknailah masa lalu sebagai pelajaran, masa depan sebagai harapan, dan jadikan hari ini sebagai kehidupan. Semua dijalankan dengan penuh ketundukan dan kebersyukuran pada Sang Pemberi Hidup. Karena boleh jadi tertundanya pencapaian mimpi-mimpi kita, terhambatnya penggapaian harapan-harapan kita, terhentinya langkah-langkah kita, adalah karena kita seringkali tidak bersyukur atas nikmat yang telah Ia berikan pada kita hingga detik ini..





Melalui catatan ini, aku mencoba membuka semuanya, dan belum pernah setelanjang ini. Dulu kita memang telanjang, tapi perlahan tertutupi oleh bangunan kesombongan. Tapi kini kita kembali membukanya dengan ketundukan sebagai seorang manusia. Ketelanjangan telah menjawab semuanya. Masa lalu, masa depan, masa kini, dan jembatan yang menghubungkan antar ketiganya.

Karena keagungan Tuhan sebenarnya terletak pada misteri yang tersembunyi, yang manusia tidak dapat masuki. Hanya mimpi dan harapan yang sanggup untuk kita kerjakan. Hingga masa yang dijanjikan itu tiba, sama misteriusnya dengan apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu, sebelum kita terbentuk menjadi manusia yang mampu berpikir tentang keberadaan diri kita sendiri.

Terimakasih Tuhanku, sang Pemilik Semesta Alam, atas tersedianya ruang mimpi dan harapan dalam kehidupan..